Jumat, 21 November 2014

Telanjang

Telanjanglah sayang
Kenapa harus malu?
Tidakkah kau ingat, kita dilahirkan telanjang bulat, keluar dari rahim Ibu yang sesak
Melewati bagian terintim yang disukai bapak-bapak yang mirip denganmu

Telanjanglah sayang
Kenapa harus takut?
Tidakkah kau tahu
Semesta yang sesungguhnya itu tubuhmu
Bebaskan semua jeratan benang-benang yang menutupi keindahanmu

Telanjanglah sayang
Kenapa harus merasa rendah?
Tidakkah kau mengerti
Kerendahan seseorang bukan dari seberapa terbuka pakaiannya
Tapi seberapa kau mampu menjaga keutuhan harga dirinya

Telanjanglah sayang
Mari kita buktikan ini cinta atau nafsu belaka

Kamis, 13 November 2014

Aku pernah mencintainya

Pernah aku mencintai seorang wanita
Tidak cantik memang
Namun senyumnya mampu membuatku tenggelam di dalam lautan
Bersama ribuan semut
Bersaing demi menikmati manisnya

Pernah aku mencintai seorang wanita
Tidak kaya memang
Namun semangatnya membuatku lupa
Hidup tak melulu foya-foya dan hura-hura untuk bahagia
Karena dengan sekadar kata cukup
Bisa menciptakannya

Kini
Seorang wanita yang pernah kucintai itu entah di mana
Entah dengan siapa
Entah berbuat apa
Entahlah

Aku hanya sedang ngingatnya
Seperti seorang anak kecil  yang akan selalu ingat di mana ia menaruh mainan kesukaannya

Pernah aku mencintai seorang wanita
Tidak terlalu mencintaiku memang
Namun
Aku pernah (masih) sangat mencintainya

Rabu, 19 Februari 2014

Pasar Minggu itu, Kamu

"Sepenggal Kisahku Di Pasar Minggu"

Aku sampai dari rumahku yang tak begitu jauh dari pasar minggu
Aku parkirkan motor di pinggir jalan di samping pangkalan ojek depan tukang es kelapa
Di sampingnya ada sebuah warung lapo yang bau dengan minuman tuaknya
Dan sesekali terdengar suara-suara lantang menyanyikan lagu-lagu santai dan merakyat
Mungkin ekspresi hati yang menjerit dengan hidup yang teramat sangat berat
Karena pemerintah yang tidak memikirkan rakyatnya
Atau mungkin saja mereka pelanggan dari warung tuak tersebut
Entahlah
Aku tak ingin memikirkan sampai sedetail itu

Sudut mataku hanya fokus tertuju pada satu arah
Dimana kendaraan berlalu lalang dan bus-bus yang tidak tahu aturan menurunkan penumpangnya di atas sehabis jalan terowongan
Setiap bus kuperhatikan
Setiap penumpang yang turun kupandangi
Seraut wajah itu belum nampak juga
Memang ada dua bus jurusan di situ yang suka berhenti seenaknya
Menurunkan para penumpang seperti membuang kulit kacang yang sudah tak bernilai karna sudah diambil isinya
Yaitu bus 62 dan 640
Aku lebih suka memperhatikan penumpang yang turun dari bus 640
Karena seseorang yang kutunggu naik bus itu

Kegiatanku sambil menunggu kedatangan seseorang yang kutunggu itu hanya melihat, memandang, serta memperhatikan semua kegiatan yang ada di sekitarku
Angkot dan bus yang berhenti seenaknya
Mungkin mereka sedang mengejar setoran yang selalu lari di pikiran demi anak atau istrinya
Pikirku
Juga orang-orang sekitar yang pulang sehabis bekerja dengan lunglai, letih, mungkin karna belum menerima gaji

Setelah beberapa lama akhirnya seraut wajah itu datang
Orang yang kutunggu dengan penuh kekhawatiran itu datang dengan membawa sedikit senyuman
Orang yang sangat aku kasihi dan
sayangi
Dia menghampiriku
Dan akhirnya kami pun pulang

Yang aku tidak habis pikir
Ternyata dia turun dari bus 62 yang tadi tidak terlalu aku perhatikan
Dia beralih bus dari 640 ke 62 di kalibata
Karna supir busnya mau putar arah
Katanya

"Aku suka sepenggal kisah itu. Mengingatkan ternyata ada sedikit kenangan bermukim di pasar minggu. Itu kamu"